Makalah Belajar dan Pembelajaran Kelompok 10 (Revisi)

 

MAKALAH

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

 

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran yang Diampu oleh Bapak Prof. Dr. Parno, M.Si.

 



 

Disusun oleh:

Erisa Alifia Putri         (200351615631)

Kelompok 10

 

 

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

OKTOBER 2021



Daftar Isi

 

MAKALAH.. 1

KATA PENGANTAR.. 1

BAB 1. 2

PENDAHULUAN.. 2

1.1          Latar Belakang. 2

1.2          Rumusan Masalah. 2

1.3          Tujuan. 3

BAB 2. 4

PEMBAHASAN.. 4

BAB 3. 8

PENUTUP.. 8

Daftar Pustaka. 9

 

 

 

 

 

 

 

 

 


KATA PENGANTAR

 

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang diampu oleh Prof. Dr. Parno, M.Si. Selain itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pembelajaran Kontekstual yang penting bagi setiap individu terutama para guru dan siswa agar dapat menentukan arah dan tujuan pembelajaran dengan benar.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Parno, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah memberikan arahan dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak lain yang sudah membantu untuk menyelesaikan penulisan makalah ini.

Demikian semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah.

 

 

Malang, 10 Oktober 2021

 

                                                                                                Penulis



BAB 1
PENDAHULUAN

 

1.1              Latar Belakang

Model pembelajaran adalah kerangka berbasis konsep yang menggambarkan mengenai prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi yang merancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar [1]. Dalam pembelajaran juga memerlukan pemilihan dan penerapan model-model pembelajaran. Terkait dengan istilah model pembelajaran, terdapat beberapa istilah lain yang memiliki relevansinya yaitu istilah strategi pembelajaran, pendekatan pembelajara, dan metode pembelajaran. Konsep yang digunakan dalam pendekatan sering dianggap memiliki kesamaan dengan strategi. Namun demikian sebenarnya berbeda antara keduanya. Pendekatan bermakna pandangan tentang terjadinya suatu proses yang masih bersifat umum. Dalam konteks pembelajaran, Roy Killen sebagaimana dikutip oleh Sanjaya (2009:127) mengungkapkan dua pendekatan, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru, dan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Salah satu model pembelajaran inovatif adalah pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual dapat diartikan sebagai pembelajaran yang berkaitan dengan hal yang berisi mengenai materi pembelajaran dengan isi berupa dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual sangat banyak ditemui di Indonesia.

 

1.2              Rumusan Masalah

1.2.1        Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual?

1.2.2        Apa saja model-model dalam pembelajaran kontekstual?

1.2.3        Apa problematika yang terkait dengan pembelajaran kontekstual dan solusi yang dapat diberikan?

1.2.4        Bagaimana contoh artikel dari problematika yang terkait dengan pembelajaran kontekstual?

 

1.3              Tujuan

1.3.1        Mengetahui pengertian dari pembelajaran kontekstual.

1.3.2        Mengetahui model-model dalam pembelajaran kontekstual.

1.3.3        Mengetahui problematika yang terkait dengan pembelajaran kontekstual dan solusi yang dapat diberikan.

1.3.4        Mengetahui contoh artikel dari dengan problematika yang terkait dengan pembelajaran kontekstual.

 

 

 

 

 

 

 BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berkaitan yang berisi mengenai materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Masyarakat belajar merupakan sekelompok orang (siswa) yang terikat dalam kegiatan belajar, saling bertukar pengalaman, dan berbagi pengalaman antar sesama peserta didik. Sesuai dengan teori kontruktivisme, melalui interaksi sosial dalam masyarakat belajar ini maka siswa akan mendapat kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, oleh karena itu bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. Pemodelan merupakan proses penampilan suatu contoh agar orang lain (siswa) meniru, berlatih, menerapkan pada situasi lain, dan mengembangkannya. Menurut Albert Bandura, belajar dapat dilakukan dengan cara pemodelan ini. Penilaian autentik dimaksudkan untuk mengukur dan membuat keputusan tentang pengetahuan dan keterampilan siswa yang autentik (senyatanya). Agar dapat menilai senyatanya, penilaian autentik dilakukan dengan berbagai cara misalnya penilaian penilaian produk, penilaian kinerja (performance), portofolio, tugas yang relevan dan kontekstual, penilaian diri, penilaian sejawat dan sebagainya. Refleksi pada prinsipnya adalah berpikir tentang apa yang telah dipikir atau dipelajari, dengan kata lain merupakan evaluasi dan instropeksi terhadap kegiatan belajar yang telah ia lakukan.

1.                  Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual

·                     Adanya kerjasama antar semua pihak, baik guru, murid, staf karyawan dan warga sekolah lainnya.

·                     Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.

·                     Pembelajaran yang dilakukan menyenangkan dan tidak membuat bosan para siswa.

·                     Siswa menjadi berpikir kritis dan kreatif dalam pembelajaran.

2.                  Komponen Pendekatan dalam Pembelajaran Kontekstual

·                     Belajar berbasis masalah, yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

·                     Pengajaran autentik, yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna, sesuai dengan kehidupan nyata.

·                     Belajar berbasis inkuiri mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.

·                     Belajar berbasis proyek atau tugas. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengontruksi (membentuk) pembelajarannya.

·                     Belajar kooperatif yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

3.                  Kelebihan Pembelajaran Kontekstual

·                     Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam PBM.

·                     Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.

·                     Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

·                     Pemilihan informasi berdasrkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.

·                     Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

·                     Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

·                     Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

4.                  Kekurangan Pembelajaran Kontekstual

·                     Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa. Padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaiannya siswa tadi tidak sama.

·                     Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PMB.

·                     Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.

·                     Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.

·                     Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum yang berbeda, jenis bidang studi yang berbeda bahkan dalam keadaan pendidikan yang berbeda pula.  Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah untuk dilakukan. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam Pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:

  • ·         Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar dengan lebih bermakna dengan cara siswa tersebut diperintah untuk bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang diperolehnya.
  • ·         Laksanakan sejauh mungkin kegiatan berbasis masalah untuk semua topik yang diajarkan.
  • ·         Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan menyuruhnya untuk bertanya.
  • ·         Ciptakan masyarakat belajar atau semua bisa belajar.
  • ·         Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
  • ·         Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
  • ·         Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.

2.2 Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual dapat diartikan sebagai cara atau metode yang digunakan untuk mengaplikasikan pembelajaran kontekstual di dalam sebuah sekolah. Modep pembelajaran kontekstual yang perlu diketahui ada dua yang dapat diperinci sebagai berikut:

            2.2.1 Model Pembelajaran Langsung

Pembelajaran ini berpusat kepada guru. Guru akan mengelola dan mendemonstrasikan suatu materi kepada siswa dengan memperagakan di depan kelas. Siswa akan mencermati setiap penjelasan yang disampaikan oleh guru tersebut. Menurut Bandura, belajar dapat dilakukan melalui pemodelan (mencontoh, meniru) perilaku dan pengalaman orang lain. Sebagai contoh untuk dapat mengukur ketebalan uang logam menggunakan mikrometer sekrup, siswa dapat belajar dengan menirukan cara mengukur ketebalan uang logam dengan menggunakan mikrometer sekrup yang dicontohkan oleh guru.

Tujuan yang ingin dicapai dari model pembelajaran ini terutama mengenai penguasaan pengetahuan prosedural (pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu misalnya mengukur panjang dengan jangka sorong, mengerjakan soal-soal yang terkait dengan hukum kekekalan energi, dan menimbang benda dengan neraca Ohauss), dan atau pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu misal nama-nama bagian jangka sorong, pembagian skala nonius pada mikrometer sekrup, dan fungsi bagian-bagian neraca Ohauss), serta keterampilan belajar siswa (misal  menggarisbawahi kata kunci, menyusun jembatan keledai, membuat peta konsep, dan membuat rangkuman).

            2.2.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan bahwa guru akan menghadapkan siswa pada situasi masalah kehidupan nyata (autentik) dan bermakna, memfasilitasi siswa untuk memecahkannya melalui penyelidikan/inkuiri dan kerjasama, memfasilitasi dialog dari berbagai segi, merangsang siswa untuk menghasilkan karya pemecahan dan peragaan hasil. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran berbasis masalah ini adalah keterampilan berfikir dan pemecahan masalah, kinerja dalam menghadapi situasi kehidupan nyata, membentuk pebelajar yang otonom dan mandiri.

2.3 Problematika yang Terkait dengan Pembelajaran Kontekstual dan Solusi yang dapat Diberikan

Dalam jurnal yang saya cari terdapat pembahasan dari penelitian yang menyatakan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil tes awal (pretest) berpikir kritis yang diberikan kepada siswa menunjukkan bahwa antara kelas yang diajar dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan kelas yang diajar dengan pembelajaran kontekstual memiliki tingkat kemampuan brepikir kritis yang sama sebelum diberikan perlakuan, hal ini terlihat dari tabel 4 nilai rata – rata pretes ke dua kelas yang tidak berbeda signifikan ( 50,67 dan 52,09 ) dan hasil uji perbedaan terhadap nilai rata –rata pretest tersebut mengindikasikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ke dua kelas. Hal ini dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

                        Solusi yang dapat saya berikan terkait dengan masalah di atas adalah sebagai berikut:

·                     Meningkatkan cara berpikir kritis pada siswa yaitu dengan memberikan tes formatif atau tes lain untuk memperkuat ingatan dan mempertajam daya kreativitasnya.

·                     Memberikan dukungan secara penuh kepada siswa agar mampu menerima dan mengolah informasi dengan benar.

·                     Selalu mengajarkan kepada siswa untuk berpikir secara analitis dan rasional terkait dengan permasalahan yang ada di sekitar.

·                     Pembelajaran berbasis masalah akan terlaksana dengan baik ketika pihak guru dan siswa bisa menghasilkan korelasi yang seimbang. Misalnya dengan cara melakukan sosialisasi atau pertemuan yang lain.

2.4 Contoh Artikel yang Sesuai dengan Problematika yang Terkait dengan Pembelajaran Kontekstual

Contoh artikel yang saya temukan terkait dengan problematika di atas adalah sebagai berikut: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains/article/view/1533/1620

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual juga memiliki ciri-ciri yang dapat diamati di sekitar kita. Selain itu, pembelajaran kontekstual juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang wajib diketahui. Model pembelajaran kontekstual ada dua yaitu model pembelajaran langsung dan model pembelajaran berbasis masalah. Terdapat problematika dalam pembelajaran konteksual ini karena semua pembelajaran memiliki kekurangan atau masalah dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, saya mencoba untuk memberikan solusi terkait dengan permasalahan tersebut dengan meninjau dari kegiatan di sekitar.

3.2 Saran

            Untuk memaksimalkan pembelajaran kontekstual alangkah baiknya pendidik dan peserta didik bisa bekerja sama dengan baik agar pembelajaran yang dilakukan bisa bermanfaat. Dibutuhkan sikap saling toleransi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sebaiknya peran pendidik lebih ditingkatkan agar perannya dalam mendidik bisa berjalan dengan maksimal.


Daftar Pustaka

[1]        Sutirman, “Pembelajaran Inovatif Media Dan Model-Model Pembelajaran Inofatif,” Yogyakarta Graha Ilmu, pp. 1–90, 2013.

[2]        S. Tinggi, I. Pendidikan, and S. Dampal, “MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Muliana,” vol. 1, no. 03, pp. 54–64, 2018.

[3]        E. R. Simbolon and F. S. Tapilouw, “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Pembelajaran Kontekstual Terhadap Berpikir Kritis Siswa Smp,” Edusains, vol. 7, no. 1, pp. 97–104, 2015, doi: 10.15408/es.v7i1.1533.

[4]        A. Muhtadi, “Modul 3. Pembelajaran Inovatif (Modul Pendidikan Profesi Guru),” pp. 1–148, 2019.

[5]        P. Hervás, R. & Millares, “No Title القوقعة,” CWL Publ. Enterp. Inc., Madison, vol. 2004, p. 352, 2004, [Online]. Available: http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cbdv.200490137/abstract.

 

Berikut link makalah saya:

https://docs.google.com/document/d/1EmnZnz0aTPkIg3OOKO65tVqTs7VwExgC/edit?usp=sharing&ouid=107648893477096831728&rtpof=true&sd=true

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Konstruktivistik

Variabel Kondisi Pembelajaran